Kelompok 6
EKOLOGI PEMBANGUNAN
PENGERTIAN
EKOLOGI PEMBANGUNAN
·
Ekologi
merupakan salah satu komponen dalam sistem pengelolaan lingkungan hidup.
·
Pembangunan bertujuan
untuk meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan rakyat. Dalam usaha memperbaiki mutu hidup, kemampuan lingkungan mendukung
lingkungan pada tingkat yang lebih tinggi harus dijaga. Sebab, jika terjadi
kerusakan, bukannya perbaikan mutu hidup yang dicapai, melainkan justru
kemerosotan.
·
Ekologi Pembangunan adalah interaksi
antara pembangunan dan lingkungan hidup. Prinsip pembangunan yaitu
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan selalu bersifat
dilema. Pada umumnya para pelaksana proyek pembangunan lebih
melihat manfaat daripada resikonya karena mereka terdesak urgensi sasaran. Betapapun, baik manfaat maupun resikonya harus
diperhitungkan. Hanya memperhatikan manfaat saja dapat membahayakan lingkungan.
Sebaliknya jika hanya memperhatikan resikonya, akan menjadi kendala, sehingga pembangunan tidak akan
terlaksanakan dan mutu hidup tidak akan
meningkat. Karena itu keputusan untuk membangun harus diambil. Masalahnya
bukanlah membangun atau tidak membangun, melainkan bagaimana membangun agar
sekaligus mutu hidup dan mutu lingkungan meningkat secara seimbang inilah yang
disebut dengan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Salah
satu objek yang dapat dapat kita kaji
dalam kaitannya dengan ekologi pembangunan adalah kawasan Taman Nasional Sembilang ( TNS ) yang berkaitan dengan pembangunan pelabuhan Internasional Tanjung Api – Api.
Pembangunan
Pelabuhan TAA menjadi kontroversi. Di
dalam pelaksanaannya, yang kemudian menjadi
persoalan bagi ekologi disekitarnya adalah posisi
proyek yang sangat berdekatan dengan kawasan Taman Nasional
Sembilang ( TNS) (kisaran jarak hanya ±5 Km). Padahal kawasan yang berdasarkan SK Menhut No. 85
Tahun 2003, yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi tersebut, banyak menyimpan kekayaan biodiversity ( keanekaragaman hayati ). Para
pemerhati lingkungan mengkhawatirkan, keberadaan pelabuhan Tanjung Api – Api di sekitar
wilayah konservasi itu, akan berpotensi dalam mempengaruhi ekosistem alami Taman Nasional Sembilang, termasuk terhadap ekosistem Hutan Bakau dan Nipah. Karena Pembangunan jalur kereta api menuju Pelabuhan Tanjung
Api-api dipastikan akan menembus hutan bakau di Kabupaten Banyuasin, Sumatera
Selatan, sepanjang 24 kilometer.
Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup ( AMDAL )
Peranan AMDAL
sebagai studi kelayakan. Hasil dari Analisis mengenai Dampak Lingkungan dapat
menjadi acuan pemerintah dalam
mengarahkan dan mengawasi pembangunan. Agar dapat menghindari akibat sampingan
yang merugikan dan tidak diiinginkan terjadinya dampak negative dari proyek pembangunan pada lingkungan hidup dan
sumber daya alam, juga untuk menghindari terjadinya perselisihan antar proyek
pembangunan lainnya. Dengan demikian AMDAL dapat dijadikan tolak ukur dalam
pengambil keputusan apakah proyek boleh dilaksanakan atau dibatalkan. Jadi
pemerintah mengambil keputusan berdasarkan AMDAL
AMDAL Projek Pelabuhan Tanjung
Api – Api ( TAA )
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 1999, Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, di dalam
ketentuan umum peraturan itu dijelaskan, bahwa untuk merencanakan suatu usaha
dan/atau kegiatan, diperlukan telaah yang cermat dan mendalam tentang berbagai
dampak besar dan penting yang diakibatkan dari usaha dan/atau kegiatan
tersebut. Hal ini dimaksudkan, agar secara jelas dapat dipahami berbagai
konsekuansi yang dimungkinkan akibat dari penjalanan usaha/kegiatan itu.
Sementara dalam kegiatan projek
pelabuhan Tanjung Api - Api, di dalam
dokumen AMDAL, sangat minim sekali informasi terkait dengan tinjauan
biodiversity kawasan Taman Nasional Sembilang, serta
berbagai konsekuensi yang dimungkinkan mempengaruhi kehidupan ekosistem di
dalamnya. Keberadaan hutan mangrove pun tidak
dimasukkan di dalam analisis dokumen AMDAL TAA. Padahal kawasan mangrove yang
terletak di sepanjang Sungai Banyuasin sampai ke pantai timur itu, merupakan
kawasan mangrove terpanjang di Asia (kurang lebih 30 km). Karena menurut rencana
Jalur kereta api akan menembus hutan lindung kawasan mangrove. Inilah yang saat
ini menjadi kendala dalam pelaksanaannya. Menjadi pertimbangan antara sisi
ekonomi dan ekologi.
KESIMPULAN
- Pembangunan dapat di kembangkan di kawasan Tanjung Api – Api. Namun untuk menuju pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, harus ditinjau dari segi ekologi di sekitar kawasan tersebut mengingat di daerah tersebut terdapat objek pariwisata yang menyimpan biodiversity yang ekosistemnya langka dan perlu dilestarikan. Sehingga jalur pengembangan proyek pembangunan Pelabuhan tidak memakan kawasan Taman Nasional yang berakibat pada kerusakan lingkungan.
- Proyek pembangunan Pelabuhan Tanjug Api – Api membawa keuntungan ditinjau dari aspek ekonomi bagi Sumatera Selatan. Ekonomi masyarakat di sekitar daerah tersebut akan meningkat dan lebih sejahtera. Dan secara tidak langsung akan menambah Pendapatan daerah Sumatera Selatan karena Pelabuhan Tanjung Api – Api merupakan Pelabuhan Laut bertaraf Internasional. Diharapkan dengan adanya Pelabuhan Internasional ini akan dapat membawa nama Sumatera Selatan di mata dunia dengan Pelabuhan TAA – nya sebagai primadona. Namun di samping manfaat dari aspek ekonomi juga terdapat resiko ekologinya. Tergambar bahwa di balik pembangunan Tanjung Api – Api banyak resiko Ekologinya terhadap Taman Nasional Sembilang ( TNS ) yang berada dekat dengan proyek pembangunan pelabuhan tersebut. Oleh karena itu, konsep Pelabuhan Tanjung Api-Api harus direncanakan dengan matang. Mulai dari jalurnya hingga pengembangan kawasan perekonomiannya. Pembangunan dapat terus dilakukan menyangkut aspek ekonomi yang besar bagi pemerintah maupun masyarakat namun jalur pengembangan harus di rancang lebih baik agar mutu hidup manusia dan mutu lingkungan hidup berjalan seimbang. Dan tetap pada prinsip pembangunan yaitu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar