Kamis, 13 Oktober 2011
Om
Mario, ajarin aku dong caranya bangun pagi untuk sembahyang? Aku selalu
terlalu ngantuk, udah bangun, tidur lagi, terus kesiangan deh.
Bagaimana caranya Om?
Adikku yang baik hatinya,
Ini rahasiaku, yang baru pertama kali ini kusampaikan secara publik.
...
Begini,
Seletih apa pun kakakmu ini sebelum tidur, walau sedekat apa pun jamnya
sebelum Subuh, kakakmu yang tidak selalu disiplin ini berdoa:
Tuhanku Yang Maha Lembut,
Aku tidur dulu ya? Aku capai sekali hari ini melayani jiwa-jiwa baik
sahabatku yang Kau cintai itu, yang bergembira dan memujiku jika aku
benar, yang marah dan mengomeliku jika aku salah, tapi yang semuanya
tetap aku cintai karena cintaku kepada-Mu.
Aku mohon, agar
Engkau membangunkan aku nanti untuk menyembah-Mu, tapi bangunkanlah aku
dengan sedikit kesegaran, dan janganlah Kau bangunkan aku sangat
mengantuk, tapi sisakanlah sedikit kantuk itu agar aku merasa bangga
bisa berhasil mengalahkan rasa malas, untuk memuliakan-Mu.
Singkatnya …, Tuhanku, Kecintaan hati dan hidupku,
Tidurkanlah aku sepulas-pulasnya, bangunkanlah aku dengan kesegaran
yang cukup untuk beribadah pagi, dan cukupkanlah istirahatku untuk
kembali memenangkan satu hari lagi bagi kemuliaan hidup kami.
Aamiin
Adik-adikku yang baik hatinya,
mohon dicoba ya?
Lalu perhatikan apa yang terjadi.
Sahabat saya yang baik hatinya,
Tidak ada hubungan cinta yang tanpa perbedaan pendapat.
Maka marilah kita menyikapi perbedaan dalam diri kita dan yang kita
kasihi, sebagai penghebat keberhasilan kita, dan tidak menjadikannya
sebagai sumber ketidak-bahagiaan dan perpisahan.
...
Cinta adalah pemulia kehidupan, bagi jiwa yang ikhlas untuk berlaku dalam keindahan yang diharapkan oleh cinta.
Mario Teguh
Adik-adikku yang besar impiannya,
Semua keberhasilan besar dalam hidup ini dicapai melalui perilaku yang alamiah.
Engkau tak mungkin menjadi pribadi yang kuat dan melakukan sesuatu yang
hebat, langsung dari keadaan muda yang labil dan emosional.
...
Engkau harus tumbuh mendamaikan diri dengan kesalahan masa lalumu,
damai dan bangga mengenai dirimu sendiri, dan yakin namun rendah hati
mengenai hakmu untuk berhasil.
Engkau harus tumbuh secara
alamiah, satu langkah demi satu langkah, satu hari demi satu hari; dan
mendapatkan persetujuan dan dukungan dari satu orang demi satu orang.
Tekunkanlah dirimu melakukan yang baik bagi diri dan sesamamu,
abaikanlah komentar sinis dan iri dari mereka yang tak mampu,
tersenyumlah di hadapan kesulitan, dan rendahkanlah hatimu di hadapan
keberhasilan dan pujian.
Itulah yang menjadikanmu pemenang yang alamiah, yang anggun, dan yang dibanggakan oleh Tuhan.
Mario Teguh
Adik-adikku yang baik hatinya,
Aku tahu engkau tak begitu suka jika aku berbicara mengenai kemalasan
dan kebiasaan menunda, karena hal itu tak mendamaikan hatimu.
Tapi, ijinkanlah aku bertanya,
...
Apakah mungkin harapanmu untuk menjadi orang yang damai, mapan, dan
terhormat itu dapat kau capai dengan memanjakan kemalasan dan
mendahulukan penundaan?
Sadarilah bahwa kehidupan ini diwakili
oleh manusia, dan jika engkau tidak membangun kualitas yang bisa mereka
hargai, mereka akan menghargaimu dengan murah.
Perhatikanlah
orang tua yang hidupnya lemah dan membutuhkan banyak pertolongan …;
apakah menurutmu mereka dulu pekerja keras yang jujur dan rajin?
Maka ikutlah dengan kami semua, yang berdoa sekhusuk mungkin, belajar
serajin mungkin, bekerja segiat mungkin, dan berkeluarga setulus
mungkin.
Sesungguhnya, yang kau upayakan hari ini adalah penentu kebaikan hidupmu.
Mario Teguh
Kehidupan
ini selalu memperbarui wajah dan perilakunya, sehingga tak mungkin ada
orang yang sepenuhnya mengerti tentang kehidupan.
Maka cukupkanlah upayamu untuk mengerti perilaku kehidupan yang sering kau sangka moody dan temperamental kepadamu itu.
Cara terbaik dan terdekat untuk mengerti kehidupan adalah mengenal dirimu sendiri.
...
Hatimu bergetar dengan musik kehidupan yang sesuai dengan sikap dan perilakumu.
Jika engkau berlaku lembut dan indah dalam keseharianmu, musik
kehidupan ini mengalun indah dan melambungkan jiwamu dalam kebahagiaan
yang dulu hanya kau impikan.
Tapi, jika engkau kasar dan palsu
kepada dirimu sendiri, kepada keluarga, dan kepada sesamamu, hatimu
akan digoreng dalam kuali kegelisahan dan kemarahan yang tak bersebab
dan berujung.
Sesungguhnya, keindahan hidupmu kau tentukan sendiri dalam pengindahan sikap dan perilakumu.
Mario Teguh
Senin, 10 Oktober 2011
'Lover of Wisdom'
'Lover of Wisdom'
By: M. Agus Syafii
Secara psikologis orang yang sehat adalah orang yang mampu mendermakan cinta pada sesamanya. Sedangkan orang yang hatinya dipenuhi rasa permusuhan, dengki, cemburu dan kebencian semuanya merupakan beban mental yang menjurus pada penyakit kejiwaan bersifat patologis. Dalam Islam, penghayatan kasih sayang digunakanlah istilah ridha. Pengertian ridha adalah sikap yang didasari pengetahuan, kesadaran dan keyakinan bahwa kasih sayang Allah meluap memenuhi ruang dan waktu. Sesungguhnya hidup kita dalam lingkup kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sikap ridha akan selalu berpikir positif terhadap hidup karena dibalik fragmen kehidupan terkadang ada adegan-adegan yang pahit dan buram mekipun terkandung hikmah dari pancaran kasih sayang Allah.
Bagi orang yang mencapai derajat ridha akan selalu melihat hikmah dibalik musibah maupun cobaan. Setiap musibah menyimpan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, Allah melimpahkan kasih sayangNya. Dan kemungkinan kedua, karena kelalaian manusia itu sendiri. Dengan demikian ritme hidup kita ditandai dengan dialektika rasa syukur dan sikap sabar. antara harapan dan kecemasan, antara kelegaan dan penyesalan. Namun semua itu bagi orang yang ridha akan dihadapinya dengan sikap optimis dan pandangan positif karena begitu yakinnya akan kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang dibentangkan melalui sayap Rahman dan RahimNya dan disisi lain melalui tawaran taubat dan maghfiroh atau ampunan. Menurut al-Quran dijelaskan bahwa kehidupan dunia itu baik tetapi jauh lebih baik kalau kebaikan di dunia dijadikan wahana atau tangga untuk menuju kehidupan akherat yang lebih baik. 'The will to love' yang secara intrinsik dimiliki oleh kita akan menyesatkan kalau hanya mencintai yang fana atau semu. Maka bentuk ancaman dan perintah Allah yang tertuang di dalam kitab suci semuanya dalam konteks kasih sayang Allah untuk menyelamatkan kita agar tidak terjatuh menjadi hawa nafsunya sendiri atau menjadi hamba makhluk yang lebih rendah atau sama derajatnya dengan diri kita.
Rasa keterasingan, kesunyian ditengah keramaian, merasa kesepian dalam kesendirian akan terkikis secara emosional apabila kita memiliki hubungan yang hangat dengan Yang Maha Kasih. Ketiadaan hubungan kepada yang Maha Kasih inilah yang menimpa banyak orang sehingga begitu mudahnya terseret pada situasi putus asa bahkan sampai bunuh diri. Berdasarkan survei penyebab bunuh diri ditengah masyarakat justru bukanlah masalah yang teramat berat. Diantaranya karena kekecewaan akibat putus cinta, perselisihan rumah tangga, gagal dalam karier telah membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Hal ini menunjukkan betapa dangkal dan lemahnya iman seseorang dalam menghayati hidup.
Dalam pandangan Islam, mereka telah terperosok dalam 'pinggiran' dimensi spiritual yang mampu menangkap dan merasakan kehadiran Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam dirinya tidak bisa berfungsi. Hatinya telah tertutupi oleh nafsu bagi masuknya cahaya dan kasih sayang Allah sehingga mereka juga kehilangan kasih sayang yang ada pada dirinya. Demikianlah bila dunia hanya pendekatan sistem, teknis dan teknologi semata akan memunculkan kehidupan yang kering, mekanik dan tidak manusiawi. Produk sistem dan teknologi tanpa visi cinta dan kasih sayang Ilahi Robbi maka menjadikan hidup kita tak ubahnya seperti robot, kesepian dalam keramaian, kesendirian tak berteman. Paradigma kasih sayang akan menuntun kita sikap arif dan konsisten untuk mengembangkan potensi kemanusiaan maka realitas dunia tampak begitu indah sekaligus challenging, bukan fringtening. Seorang Mukmin adalah 'Lover of Wisdom' atau Cinta Kearifan. Karena cinta kearifan dan semangatnya pada kemanusiaan maka Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam semakin nampak tegar dan anggun ditengah cobaan dan tantangan yang selalu menghadang dan mengitarinya. Kita tentunya patut meneladani Rasulullah sebagai "Lover of Wisdom" Lebih peduli dengan persoalan-persoalan kemanusiaan disekeliling kita. Insya Allah.
Minggu, 09 Oktober 2011
Sayangku, Izinkan Aku Menemanimu Sampai Akhir Hayatku
Pernahkah anda mengatakan kepada pasangan hidup anda, "Sayangku,
izinkan aku menemanimu sampai akhir hayatku." Kata itu terdengar indah
dan membahagiakan, begitu bahtera rumah tangga berlayar ditengah samudra
kehidupan. Perjalanan waktu terasa cepat berlalu, dilewati dengan
manis, pahit, getir, penuh tawa dan derai air mata semua seolah
berlarian, melompati kebahagiaan dan penderitaan. Berawal dari seorang
laki-laki terhanyut dalam kelembutan sinar kedua matanya, Jatuh hati
pada kesederhanaan seorang perempuan lalu laki-laki itu mengajaknya
untuk melangkah merajut janji suci dihadapan Allah. Bersamanya semua
terasa indah dan penuh pesona untuk dijalaninya hingga terlahir buah
cinta yang suci dari rahimnya. Kisah itu begitu nyata dalam perjalanan
hidup rumah tangga kita. Kita menyukai kelembutan mata pasangan kita,
kedamaian disetiap belaiannya hingga tahun berganti tahun dan pesonanya
perlahan memudar, terkikis kisaran emosi, hempasan derita, ujian, cobaan
dan air mata yang membuat kerutan-kerutan diwajah orang yang kita
cintai.
Termangu dalam kesendirian, terhanyut dalam kelembutan sinar kedua bola matanya. Pada keceriaan di setiap derai tawa belahan hidup kita. Kehadirannya membawa nuansa jingga dan ungu dikehidupan penuh rwarna. Tertatih-tatih mewujudkan rumahku seindah surga. Keluargaku bagaikan surgaku, merindukan akan ketenteraman, kasih sayang dan kebahagiaan. Namun yang terjadi justru kita mudah terluka dan menderita karena orang yang kita cintai. Kita menjadi sakit dan penuh derai air mata karena orang yang kita kasihi. Itulah Cobaan yang paling berat di dalam kehidupan rumah tangga maka kita harus memiliki sebuah kekuatan dan kesabaran yang besar agar kita bisa "memaafkan." karena bila tidak bisa memaafkan, maka hati kita dipenuhi oleh kemarahan, sakit, kecewa dan derita justru yang dilakukan oleh orang yang paling kita sayangi dan kita kasihi.
Memaafkan hampir menjadi obat mujarab bila kita sedang menghadapi konflik keluarga. Menyentuh hati yang paling dalam, menyejukkan dari keresahan dan kegelisahan. Ketika kaki kita menginjak bumi, meraih jemari, rebah dalam kehangatan pelukan menyembuhkan luka. Tidaklah berarti apapun luka yang kita rasakan karena bukan seberapa besar luka dan derita namun seberapa besar kekuatan dan kesabaran yang kita miliki untuk menanggung luka dan derita itu. Bila kekuatan dan kesabaran yang kita miliki kecil dan rapuh maka luka kecilpun kita sudah merasa begitu teramat menderita. Jika kita memiliki kekuatan dan kesabaran yang besar, sebesar apapun luka dan derita itu tidak akan berarti apapun bagi kita, karena Allah melimpahkan kelembutan dan kasih sayang di dalam diri kita. Sebagaimana sabda Rasulullah. "Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi satu keluarga, maka Allah akan memasukkan rasa kelembutan dalam diri mereka" (HR. Ahmad).
Termangu dalam kesendirian, terhanyut dalam kelembutan sinar kedua bola matanya. Pada keceriaan di setiap derai tawa belahan hidup kita. Kehadirannya membawa nuansa jingga dan ungu dikehidupan penuh rwarna. Tertatih-tatih mewujudkan rumahku seindah surga. Keluargaku bagaikan surgaku, merindukan akan ketenteraman, kasih sayang dan kebahagiaan. Namun yang terjadi justru kita mudah terluka dan menderita karena orang yang kita cintai. Kita menjadi sakit dan penuh derai air mata karena orang yang kita kasihi. Itulah Cobaan yang paling berat di dalam kehidupan rumah tangga maka kita harus memiliki sebuah kekuatan dan kesabaran yang besar agar kita bisa "memaafkan." karena bila tidak bisa memaafkan, maka hati kita dipenuhi oleh kemarahan, sakit, kecewa dan derita justru yang dilakukan oleh orang yang paling kita sayangi dan kita kasihi.
Memaafkan hampir menjadi obat mujarab bila kita sedang menghadapi konflik keluarga. Menyentuh hati yang paling dalam, menyejukkan dari keresahan dan kegelisahan. Ketika kaki kita menginjak bumi, meraih jemari, rebah dalam kehangatan pelukan menyembuhkan luka. Tidaklah berarti apapun luka yang kita rasakan karena bukan seberapa besar luka dan derita namun seberapa besar kekuatan dan kesabaran yang kita miliki untuk menanggung luka dan derita itu. Bila kekuatan dan kesabaran yang kita miliki kecil dan rapuh maka luka kecilpun kita sudah merasa begitu teramat menderita. Jika kita memiliki kekuatan dan kesabaran yang besar, sebesar apapun luka dan derita itu tidak akan berarti apapun bagi kita, karena Allah melimpahkan kelembutan dan kasih sayang di dalam diri kita. Sebagaimana sabda Rasulullah. "Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi satu keluarga, maka Allah akan memasukkan rasa kelembutan dalam diri mereka" (HR. Ahmad).
Langganan:
Postingan (Atom)